top of page
Writer's picturevisitkediri

Candi Surowono


Candi Surowono merupakan sebuah candi Hindu dari jaman Kerajaan Majapahit, berukuran kecil namun dengan relief cantik. Candi Surowono diperkirakan dibangun pada tahun 1390, namun baru selesai pada tahun 1400 saat candi ini digunakan. Candi Surowono dibuat sebagai tempat pensucian atau pendharmaan bagi Wijayarajasa, Bhre Wengker, yang merupakan paman dari Rajasanagara, Raja Majapahit. Bhre Wengker meninggal pada tahun 1388.


Upacara sraddha bagi Bhre Wengker, yang merupakan sebuah upacara ritual yang dilakukan 12 tahun setelah kematiannya, diselenggarakan pada 1400, tahun yang kemudian diduga sebagai tahun perkiraan selesainya bangunan Candi Surowono ini.

Di dalam kitab Nagarakretagama disebutkan bahwa Candi Surowono berada di Visnubuvanapura, sebuah tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu, yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Dasar Candi ini berukuran 7,8 x 7,8 meter, dengan tinggi 4,6 meter, menghadap ke barat, sebagaimana sebagian besar candi lainnya di Jawa Timur.

Bangunan Candi Surowono


Bagian bawah Candi Surowono dilihat dari samping depan, dengan bentuk dasar candi yang cukup utuh terutama di bagian sampingnya. Bagian depan Candi Surowono tampak masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Sedangkan bagian atas Candi Surowono ini sudah lenyap tak berbekas, entah dikarenakan sebab apa.

Pada Candi Surowono terdapat beberapa relief yang dikerjakan dengan halus. Pada kaki Candi Surowono terdapat relief-relief fabel dan juga tantri, sedangkan pada badan Candi Surowono terdapat relief Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang digubahnya pada 1035, serta relief Bubuksah, dan relief Sri Tanjung.

Penggalan relief Sri Tanjung di salah satu sudut candi. Sidapaksa dan Sri Tanjung adalah sepasang kekasih, yang suatu ketika terpisah karena Sidapaksa di utus pergi untuk sebuah misi. Ketika Sidapaksa kembali, ia menuduh Sri Tanjung tidak setia, dan lalu membunuhnya.


Relief paling kiri menceritakan ketika Sidapaksa menyadari kesalahannya dan merasa sangat putus asa. Relief di sebelahnya memperlihatkan Sri Tanjung tengah naik seekor ikan besar untuk menyeberangi sungai di dunia orang mati. Relief paling kanan adalah ketika Sri Tanjung ditolak masuk ke dalam surga karena waktu ajalnya belum tiba.

Relief di sebelah kiri menunjukkan ketika Durga menghidupkan kembali Sri Tanjung, dan relief paling kanan adalah ketika Sidapaksa dan Sri Tanjung dipersatukan kembali.

Relief candi yang menceritakan tentang Bubuksah dan Gagang Aking, dua bersaudara yang tengah dalam pencarian spiritual untuk mencapai kesempurnaan. Gagang Aking menempa diri dengan melakukan puasa yang sangat ketat sedangkan Bubuksah tetap menikmati makan minumnya.


Lokasi



18 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


  • White Facebook Icon
  • White Instagram Icon
bottom of page