About Us
KOTA DENGAN SEJUTA KEINDAHAN
Visit Kediri merupakan website yang diharapkan nanti menjadi wadah promosi objek wisata-wisata yang ada di Kabupaten/Kota Kediri. Selama ini wisata – wisata yang ada di kediri tidak semuanya terekspos oleh masyarakat luar kediri, dengan website ini nantinya objek wisata akan diekspos di website sehingga masyarakat luar jadi tahu apa wisata yang ada di Kabupaten/Kota Kediri.
Sejarah Kediri
Sejarah berdirinya Kabupaten Kediri bisa dikategorikan dalam beberapa fase. Fase pertama di mulai pada jaman kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga. Airlangga yang waktu bergelar CRIMAHARAJA RAKELAHU CRILO-KESWARA DHARMAWANGSA AIRLANGGA ANANTA WIKRAMA-TUNGGADEWA telah berhasil menyatukan daerah-daerah kerajaan Dharmawangsa yang telah pecah-belah akibat pengaruh Sriwijaya.
Sesuai dengan kehidupan orang Hindu, Airlangga ingin memenuhi kewajibannya yaitu menjadi pertapa, dan sebelum mengundurkan diri pada tahun 1041 ia membagi kerajaanmenjadi dua bagian untuk kedua putranya.
​
Adapun pembagian kerajaan sebagai berikut :
​
-
Bagian Timur: Kerajaan Jenggala denga ibukota Kahuripan meliputi daearah Surabaya, Malang dan Besuki.
-
Bagian Barat: Kerajaan Panjalu atau Kadiri meliputi daerah Kediri, Madiun dengan ibukota Dahapura.
Ketika Airlangga menjadi pertapa, Ia dikenal dengan nama JATIWINDRA atau MAHARESI GENTAYU hingga akhir hidupnya tahun 1049. Abu jenasahnya dimakamkan dilereng Gunung Peanggungan.
Fase kedua adalah dimana Kerajaan Kadiri bermula. Seusai era kerajaan Jenggala, berdirilah satu kerajaan bernama Panjalu dan terkenal dengan nama Dhaha, letak ibukotanya kira-kira di kota Kediri sekarang ini. Pada pertengahan abad ke-11 mulailah sejarah kerajaan Kadiri, dengan SRI JAYAWARSA sebagai raja pertama yang memerintah pada tahun 1104-1115 M.
Raja Kadiri terakhir adalah KERTAJAYA yang memerintah pada tahun 1185-1222 M, ia memerintah dengan sewenang-wenang hingga timbul pemberontakan yang melemahkan kerajaan. Seperti pertentangan-pertentangan antara Kertjaya dengan golongan Pendeta.
Golongan Pendeta menyingkir ke Tumapel (Ken Arok) dan selanjutnya mengadakan pemberontakan. Penyerangan Tumapel (Ken Arok) pada tahun 1222 telah meruntuhkan kerajaan Kadiri, mulailah tahta kerajaan diduduki oleh Ken Arok dan Kerajaan dipindah ke Singosari.
Dalam masa kepemimpinan kerajaan Singosari, yang di pegang oleh Kertanegara, terdapat beberapa keberhasilan yang bisa diraih dalam pemerintahan Kartanegara tersebut, seperti :
​
-
Mempersatukan Nusantara
-
Pembinaan menjadi Negara Maritim yang teguh
-
Membantu perkembangan agama Syiwa dan Budha
-
Dengan berkembangnya kekuasaan Singosari, hal ini menimbulkan kecurigaan negara-negara sekitarnya, lebih-lebih kerajaan Mongol (Cina) dibawah Kaisar Kubilai Khan, yang ingin merebut tanah air kita.
Fase berikutnya masuk sejak dikuasainya Nusantara oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Pada tahun 1906, berdasarkan Staasblad no. 148 tertanggal 1 maret 1906, mulai berlaku tanggal 1 April 1906 dibentuk Gemeente Kediri sebagai tempat kedudukan Resident Kediri, sifat pemerintahan otonom terbatas dan sudah mempunyai Gemeente Road sebanyak 13 orang, yang terdiri atas 8 orang golongan Eropa dan yang disamakan, 4 orang Pribumi (Inlander) dan 1 orang Bangsa Timur Asing, dan berdasarkan Stbl No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditettapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun, pada tanggal 1 Nopember 1928 berdasarkan Stbl No. 498 menjadi Zelfstanding Gemeenteschap mulai berlaku tanggal 1 Januari 1928 (menjadi otonom penuh).
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 10 Maret 1942, maka Kota Kediri pun mengalami perubahan pemerintahan. Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas oleh pemerintah Jepang daerahnya diperluas menjadi daerah kota sekarang daerah Kediri Shi dikepalai oleh Shicho.
Kediri Shi terdiri dari 3 Son dikepalai oleh Shoncho Son itu terdiri dari beberapa Ku dikepalai Kucho Pemerintahan Kediri Shi dipimpin oleh seorang Shicho (Walikotamadya) tidak saja menjalankan pemerintahan otonomi tetapi juga menjalankan algemeen bestuur (Pemerintahan Umum). Hanya di bidang otonomi tidak didampingi oleh DPRD. Wewenang penuh ditangan Kediri Shicho.
Setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, habislah sejarah Pemerintah Jepang di Kediri, maka Pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula walikota Kediri didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.